Genap 1 Abad, RSCM Peduli Masalah Kanker
A
A
A
JAKARTA - Mengapa kita harus memberikan perhatian lebih kepada kanker? Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbesar di dunia. Lebih dari 18 juta orang terdiagnosa kanker dan 9,6 juta orang di dunia meninggal akibat kanker setiap tahunnya.
dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS mengatakan, setiap 2 detik ada 1 orang baru yang terdiagnosis kanker dan setiap 3 detik ada 1 orang yang meninggal di dunia. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 1 orang terdiagnosa setiap detik dan 1 orang meninggal setiap 2 detik pada tahun 2040. Sementara, sekitar 70% kematian akibat kanker terjadi pada negara berkembang.
Data WHO (Globocan 2018) menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 348.809 kasus kanker baru dan angka kematian akibat kanker mencapai 207.210. Hal ini disebabkan karena sebagian besar, sekitar 65% pasien kanker datang saat stadium sudah lanjut sehingga penanganannya lebih bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup atau paliatif dibandingkan dengan tujuan mengontrol tumor dan mencegah penyebaran/kuratif. Padahal, lebih dari 40% kasus kanker dapat dicegah dan sepertiganya dapat disembuhkan bila terdeteksi dini.
Ditinjau dari sisi ekonomi, data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menunjukkan bahwa pengeluaran pembiayaan untuk penatalaksanaan kanker adalah kedua tertinggi setelah penyakit jantung yaitu sebanyak Rp2,7 triliun. Jumlah ini belum dihitung dengan biaya yang dikeluarkan dari pembiayaan pengobatan pribadi dan potential loss akibat pasien berobat diluar negeri yang diestimasi mencapai Rp14,4 triliun.
“Untuk itu, diperlukan kewaspadaan dan kepedulian dari setiap individu untuk mulai bertindak dan berpartisipasi melawan kanker,” kata dr. Lies.
Pada 2018, laporan dari Inggris menemukan bahwa kanker adalah penyakit yang paling ditakuti di dunia dan satu dari empat orang tidak akan mencari pertolongan medis sampai menemukan gejala kanker yang potensial karena takut akan didiagnosis kanker.
Perasaan malu dan takut, dikombinasikan dengan kesadaran kesehatan yang buruk serta kepercayaan kultural, juga dapat menghambat seseorang dalam mencari pertolongan medis atau program skrining. Sebagai contoh di Bangladesh, survei terhadap pasien kanker payudara melaporkan bahwa hampir setengah dari responden pertama kali mencari pengobatan alternatif sebelum mencari pengobatan medis konvensional, yang mengakibatkan penundaan diagnosis rata-rata selama empat bulan.
Deteksi dini, skrining dan diagnosis kanker ini memiliki peran yang sangat penting dalam penanganan kanker. Kanker yang terdeteksi dini, jika ditambah dengan pengobatan yang tepat, memiliki peluang hidup lebih yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanker yang diketahui pada stadium lanjut.
Sebagai contoh, terdapat studi yang menunjukkan bahwa ketika diketahui pada stadium dini, 93% pasien kanker serviks dapat bertahan hidup selama lima tahun; tetapi ketika diketahui pada stadium lanjut, hanya 15% pasien yang bertahan hidup. Tidak hanya meningkatkan angka harapan hidup, diagnosis atau mengetahui penyakit kanker secara dini juga mengurangi biaya perawatan hingga 2-4 kali lebih murah dibandingkan dengan pasien yang didiagnosis pada stadium lanjut.
Nah, penyakit ini pun menjadi perhatian RSCM. Hal itu terlihat pada peringatan pengabdian 1 abad RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, dimana Tim Pengelola Pengembangan Pelayanan Kanker Terpadu (PKaT) bekerja sama dengan Artha Graha Peduli berpartisipasi dengan mempersembahkan kegiatan Choose Hope: Tribute to Cancer Survivors sebagai salah satu rangkaian acara HUT ke-100 RSCM.
Acara yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, pada Sabtu dan Minggu (21 & 22 Desember 2019) ini bertujuan untuk mengapresiasi semangat para penyintas kanker dan terus memberikan dukungan bagi mereka dan keluarganya dalam menjalani terapi, follow up, maupun menyediakan komunitas positif yang membantu satu sama lain.
Adapun rangkaian kegiatan dalam menyambut HUT ke-100 RSCM antara lain, Replika Logo Kanker dengan Cetakan Tangan yang dibuat dari cetakan tangan survivor kanker, pasien kanker dan penggiat kanker untuk menggambarkan semangat dan harapan dalam melawan kanker. Replika ini dibuat dengan ukuran 5 x 6 m2 dan dimaksudkan untuk memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan mengumpulkan 1000 cap tangan tanda kepedulian kepada pasien kanker. Cetakan tangan ini akan dipajang dan dibentangkan saat acara public cancer awareness campaign.
Ada juga Booth Pelayanan Kanker Terpadu RSCM bertema “Leading Cancer Services Experience”. Booth ini menyajikan informasi terkait kanker berupa fakta tentang kanker di Indonesia dan yang ditangani di RSCM, edukasi awam terkait usaha pencegahan dan penanggulangan kanker yang terjadi dalam bentuk media digital serta kegiatan skrining kanker gratis untuk pengunjung yang datang. Denah dan desain booth terlampir.
Kegiatan antara lain, seperti penayangan informasi edukasi kanker dan layanan unggulan dari setiap divisi dan atau departemen yang bernaung dalam Pelayanan Kanker Terpadu RSCM, game interaktif, skrining kanker serviks, IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), pemeriksaan HPV DNA, skrining kanker payudara, dan sebagainya.
dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS mengatakan, setiap 2 detik ada 1 orang baru yang terdiagnosis kanker dan setiap 3 detik ada 1 orang yang meninggal di dunia. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 1 orang terdiagnosa setiap detik dan 1 orang meninggal setiap 2 detik pada tahun 2040. Sementara, sekitar 70% kematian akibat kanker terjadi pada negara berkembang.
Data WHO (Globocan 2018) menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 348.809 kasus kanker baru dan angka kematian akibat kanker mencapai 207.210. Hal ini disebabkan karena sebagian besar, sekitar 65% pasien kanker datang saat stadium sudah lanjut sehingga penanganannya lebih bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup atau paliatif dibandingkan dengan tujuan mengontrol tumor dan mencegah penyebaran/kuratif. Padahal, lebih dari 40% kasus kanker dapat dicegah dan sepertiganya dapat disembuhkan bila terdeteksi dini.
Ditinjau dari sisi ekonomi, data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menunjukkan bahwa pengeluaran pembiayaan untuk penatalaksanaan kanker adalah kedua tertinggi setelah penyakit jantung yaitu sebanyak Rp2,7 triliun. Jumlah ini belum dihitung dengan biaya yang dikeluarkan dari pembiayaan pengobatan pribadi dan potential loss akibat pasien berobat diluar negeri yang diestimasi mencapai Rp14,4 triliun.
“Untuk itu, diperlukan kewaspadaan dan kepedulian dari setiap individu untuk mulai bertindak dan berpartisipasi melawan kanker,” kata dr. Lies.
Pada 2018, laporan dari Inggris menemukan bahwa kanker adalah penyakit yang paling ditakuti di dunia dan satu dari empat orang tidak akan mencari pertolongan medis sampai menemukan gejala kanker yang potensial karena takut akan didiagnosis kanker.
Perasaan malu dan takut, dikombinasikan dengan kesadaran kesehatan yang buruk serta kepercayaan kultural, juga dapat menghambat seseorang dalam mencari pertolongan medis atau program skrining. Sebagai contoh di Bangladesh, survei terhadap pasien kanker payudara melaporkan bahwa hampir setengah dari responden pertama kali mencari pengobatan alternatif sebelum mencari pengobatan medis konvensional, yang mengakibatkan penundaan diagnosis rata-rata selama empat bulan.
Deteksi dini, skrining dan diagnosis kanker ini memiliki peran yang sangat penting dalam penanganan kanker. Kanker yang terdeteksi dini, jika ditambah dengan pengobatan yang tepat, memiliki peluang hidup lebih yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanker yang diketahui pada stadium lanjut.
Sebagai contoh, terdapat studi yang menunjukkan bahwa ketika diketahui pada stadium dini, 93% pasien kanker serviks dapat bertahan hidup selama lima tahun; tetapi ketika diketahui pada stadium lanjut, hanya 15% pasien yang bertahan hidup. Tidak hanya meningkatkan angka harapan hidup, diagnosis atau mengetahui penyakit kanker secara dini juga mengurangi biaya perawatan hingga 2-4 kali lebih murah dibandingkan dengan pasien yang didiagnosis pada stadium lanjut.
Nah, penyakit ini pun menjadi perhatian RSCM. Hal itu terlihat pada peringatan pengabdian 1 abad RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, dimana Tim Pengelola Pengembangan Pelayanan Kanker Terpadu (PKaT) bekerja sama dengan Artha Graha Peduli berpartisipasi dengan mempersembahkan kegiatan Choose Hope: Tribute to Cancer Survivors sebagai salah satu rangkaian acara HUT ke-100 RSCM.
Acara yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, pada Sabtu dan Minggu (21 & 22 Desember 2019) ini bertujuan untuk mengapresiasi semangat para penyintas kanker dan terus memberikan dukungan bagi mereka dan keluarganya dalam menjalani terapi, follow up, maupun menyediakan komunitas positif yang membantu satu sama lain.
Adapun rangkaian kegiatan dalam menyambut HUT ke-100 RSCM antara lain, Replika Logo Kanker dengan Cetakan Tangan yang dibuat dari cetakan tangan survivor kanker, pasien kanker dan penggiat kanker untuk menggambarkan semangat dan harapan dalam melawan kanker. Replika ini dibuat dengan ukuran 5 x 6 m2 dan dimaksudkan untuk memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan mengumpulkan 1000 cap tangan tanda kepedulian kepada pasien kanker. Cetakan tangan ini akan dipajang dan dibentangkan saat acara public cancer awareness campaign.
Ada juga Booth Pelayanan Kanker Terpadu RSCM bertema “Leading Cancer Services Experience”. Booth ini menyajikan informasi terkait kanker berupa fakta tentang kanker di Indonesia dan yang ditangani di RSCM, edukasi awam terkait usaha pencegahan dan penanggulangan kanker yang terjadi dalam bentuk media digital serta kegiatan skrining kanker gratis untuk pengunjung yang datang. Denah dan desain booth terlampir.
Kegiatan antara lain, seperti penayangan informasi edukasi kanker dan layanan unggulan dari setiap divisi dan atau departemen yang bernaung dalam Pelayanan Kanker Terpadu RSCM, game interaktif, skrining kanker serviks, IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), pemeriksaan HPV DNA, skrining kanker payudara, dan sebagainya.
(tdy)